JEJAKLANGKAHKU – Sebagai salah satu penghasil kerajinan gerabah terkenal di Indonesia, Desa Banyumulek di Lombok inipun menjadi salah satu spot wisata yang wajib dikunjungi kala berwisata ke Mataram, Lombok. Mengapa demikian? karena wisata ke tempat ini tidak hanya dapat menikmati keindahan warna warni dan desain yang beragam dari kerajinan gerabah ini, namun juga kita dapat melihat langsung proses pembuatannya, hingga belajar mencoba membuat kerajinan gerabah tersebut seperti yang saya temui disalah satu artshop nya.
Banyumulek terletak di Kecamatan Kediri Lombok Barat sejauh kurang lebih 14 km dari kota Mataram ibukota Lombok. Jika awalnya pengrajin hanya membuat kerajinan gerabah berupa barang yang umum dipakai sehari-hari misalnya kendi, gentong, asbak dan lain sebagainya, maka seiring dengan perkembangan dunia interior dan kreatifitas pengrajin, maka saat ini kerajinan tersebut sudah berkembang menjadi ornamen-ornamen interior dan keindahan. Hasil produksinyapun tidak hanya untuk konsumsi dalam negeri tapi sudah menjadi komoditas ekspor ke beberapa negara seperti Amerika, Belanda, Italia, dan sebagainya.
Menurut info dari guide kami, mayoritas pengrajin gerabah ini adalah kaum wanita yang secara turun temurun sudah diajarkan cara pembuatannya. Bahkan menurut keyakinan masyarakat disekitar sini, semakin mahir seorang gadis wanita dalam menghasilkan kerajinan gerabah tersebut, maka akan semakin enteng ia mendapatkan jodohnya, wew. Jika para wanitanya adalah yang mayoritas aktif membuat kerajinan, maka para lelakinya lah yang mencari tanah liat sebagai bahan dasar gerabahnya.
Sebenarnya mudah gak sih membuat kerajinan gerabah ini? Kalau dilihat teori dasarnya sih nampaknya mudah-mudah saja. Menurut sumber Wikipedia, proses pembuatan kerajinan gerabah adalah melalui tahapan berikut ini :
- Pengambilan tanah liat. Tanah liat yang baik berwarna merah coklat atau putih kecoklatan. Tanah liat yang telah digali kemudian dikumpulkan pada suatu tempat untuk proses selanjutnya.
- Persiapan tanah liat. Tanah liat yang telah terkumpul disiram air hingga basah merata kemudian didiamkan selama satu hingga dua hari. Selanjutnya tanah liat digiling agar lebih rekat dan liat, bisa dengan cara manual (dengan cara diinjak-injak) ataupun cara mekanis (memakai mesin giling).
- Proses pembentukan. Tanah liat siap dibentuk sesuai dengan keinginan. Seberapa banyak tanah liat dan berapa lama waktu yang diperlukan tergantung pada seberapa besar gerabah yang akan dihasilkan, bentuk dan disainnya. Perajin gerabah akan menggunakan kedua tangan untuk membentuk tanah liat dan kedua kaki untuk memutar alat pemutar (perbot). Kesamaan gerak dan konsentrasi sangat diperlukan untuk dapat melakukannya. Alat-alat yang digunakan yaitu alat pemutar (perbot), alat pemukul, batu bulat, kain kecil. Air juga sangat diperlukan untuk membentuk gerabah dengan baik.
- Penjemuran. Sebelum dijemur di bawah terik matahari, gerabah yang sudah agak mengeras dihaluskan dengan air dan kain kecil lalu dibatik dengan batu api. Setalah itu baru dijemur hingga benar-benar kering. Lamanya waktu penjemuran disesuaikan dengan cuaca dan panas matahari.
- Pembakaran. Setalah gerabah menjadi keras dan benar-benar kering, kemudian dikumpulkan dalam suatu tempat atau tungku pembakaran lalu dibakar selama beberapa jam hingga benar-benar keras dan menjadi tidak mudah pecah. Bahan bakar yang digunakan untuk proses pembakaran adalah jerami kering, daun kelapa kering ataupun kayu bakar.
- Penyempurnaan. Pada proses ini, gerabah yang sudah jadi dapat dicat dengan cat khusus atau diglasir sehingga nampak lebih indah dan cantik.
Namun demikian, setelah saya mencobanya dengan tangan sendiri, sambil duduk disamping seorang pengrajin wanita yang mengajarkannya kepada saya dengan mengunakan alat pemutar pada tahapan proses pembentukan, ternyata susahnya minta ampun karena untuk membentuknya menjadi satu bentuk tertentu, gentong misalnya, maka perlu keahlian khusus agar dapat menjadi bentuk seperti yang diinginkan. Jika gerabah sudah mulai berbentuk maka kita harus berhati-hati agar tidak sembarangan menyentuhnya karena jika terkena sentuhan tangan pada alat pemutarnya, maka bentuk yang sudah jadi tadi bisa langsung berubah bentuk bahkan menjadi rusak dan harus mulai dibentuk ulang lagi dari awal. Wah ribet juga ternyata ya, wajar saja jika memang dibutuhkan keahlian khusus untuk melakukannya.
Nah daripada pusing bagaimana membuatnya, mendingan masuk ke artshopnya dan memilih-milih desain gerabah yang diinginkan. Desainnya sangat banyak dan beragam, mulai dari peralatan kebutuhan sehari-hari seperti asbak, gentong, kendi, pot bunga, tempat tissue, alas gelas, kotak hiasan dan sebagainya dengan ukuran yang bervariasi mulai dari yang kecil hingga sebesar guci. Jangan takut dengan bagaimana cara membawa pulang kerajinan tersebut, karena artshop ini biasanya menyediakan layanan packing, bahkan bisa langsung dikirim ke daerah masing-masing jika tidak mau repot membawanya langsung. Dalam kunjungan kali ini saya membeli 2 hiasan meja kecil dengan harga berkisar Rp 75.000 per buah. Jangan lupa untuk menawar harga gerabah disini karena umumnya mereka tidak mematok harga pas, tapi dengan cara tawar menawar.
Dua buah gerabah ini langsung menjadi pajangan cantik di lemari saya, dan setelah memandangnya cukup lama, baru saya sadar kalau ternyata desain gerabah dari Lombok ini sangat indah, tidak kalah cantik dengan barang-barang hiasan import yang banyak ditemui saat ini. Sejujurnya, menyesal saya hanya membeli 2 gerabah, next time kudu balik lagi dan memborongnya, hehehe.
– Lombok, Juli 2012 –
– Visit Indonesia –
Artikel Terkait :
1. 11 Aktivitas Menyenangkan di Gili Trawangan Lombok, Holiday in Paradise
2. Disambut Ular Laut di Gili Air Lombok, Kukejar Kau !
3. Snorkeling di Lombok, sekali kayuh 3 Gili terlampaui
4. Yuk Trekking di kaki Gunung Rinjani, Nikmati Percikan Air Terjun Sendang Gile & Tiu Kelep
bagaimana ke lokasi ini?