Mengejar Lumba-Lumba Hidung Botol hingga ke Lautan Luas di Teluk Kiluan Lampung

JEJAKLANGKAHKU – Sebagai salah satu spot wisata bahari yang terkenal dengan kehadiran lumba-lumba tipe hidung botol, Teluk Kiluan Lampung saat ini menjadi cukup ramai dikunjungi wisatawan. Untuk dapat menyaksikan lumba-lumba tersebut, maka waktu yang paling tepat adalah di pagi hari sekitar jam 6 pagi dengan mengambil start dari tepi pantai Teluk Kiluan menuju ke lautan luasnya dan menempuh perjalanan sekitar 20 menit menggunakan kapal ketinting (kapal jukung). Jika belum mengetahui situasi dan kondisi di sekitar Teluk Kiluan, maka dapat melihat ulasan lengkap pada artikel sebelumnya.

Kapal ketinting (jukung) ini merupakan jenis kapal kecil bermesin motor dan hanya memuat paling banyak 3 wisatawan (total 4 orang termasuk supir kapalnya). Kalau bisa dibayangkan, jika sudah naik ke kapal ini maka lebar kapalnya hanya muat untuk di lalui 1 orang saja (sekitar setengah meter lebarnya). Jadi kita akan duduk berbaris dari depan ke belakang masing-masing satu orang dan paling belakang adalah posisi sang supir kapal. Jangan lupa menggunakan pelampung, karena ini merupakan bagian dari sistem prosedur keselamatannya.

Perjalanan menuju spot lumba-lumba berawal dari tepi pantai Teluk Kiluan, dengan kondisi ombak di teluk yang tidak terlalu besar (karena masih berada di dalam teluk dan diapit oleh daratan dan pulau disekitarnya). Namun demikian, semakin jauh jarak yang ditempuh dari posisi teluknya, maka akan semakin terasa ombaknya yang semakin besar. Apalagi dalam wisata kali ini, cuaca di pagi hari tersebut cukup berawan dan mendung sehingga ombaknya lumayan besar saat kapal kami mulai keluar dari teluk dan menuju ke lautan luas. Jujur saja, petualangan mengejar lumba-lumba kali ini tidak pernah terduga seperti ini sebelumnya, karena dibandingkan dengan petualangan yang sama saat saya wisata ke Pantai Lovina Bali, petualangan dengan kapal ketinting di Teluk Kiluan ini menurut saya lebih menantang dan mendebarkan, karena itu tadi, ombaknya cukup besar, jarak yang ditempuh dari tepi pantainya cukup jauh hingga beberapa kilometer ke arah lautan luasnya, ditambah lagi dengan cuaca yang sedikit mendung, pemandangan langit yang gelap dan disertai hujan kecil. Rasanya seakan-akan kita sangatlah kecil kala berada di tengah-tengah alam lautan lepas ini, tak berdaya dengan segala kekuatan alam yang bisa saja murka tiba-tiba. Ditambah lagi dengan kesendirian kapal kami ditengah lautan luas ini (karena kami adalah peserta kapal jukung yang pertama berangkat, sedangkan kapal-kapal lainnya menyusul setelah beberapa menit kemudian). Sejauh mata saya memandang 360 derajat, tidak ada satu kapalpun yang berada disekitar kami, waduh gawat nih, untung saya memakai pelampung padahal biasanya saya paling malas menggunakan pelampung karena ukurannya yang membesarkan tubuh, hehehe.

Setelah beberapa menit berputar-putar disekitar spot yang menurut guide kami seharusnya sudah nampak lumba-lumbanya (tapi belum juga muncul), akhirnya berdatanganlah kapal-kapal lain sehingga kamipun merasa lebih tenang karena banyak temennya. Saya sempat berpikir, apakah memang sejauh ini harus menempuh perjalanan ke arah lautan luasnya baru bisa menemukan lumba-lumbanya? dan ternyata memang demikian, karena kapal-kapal lainnya pun bermunculan di sekitar kami yang jaraknya sudah sangat jauh dari tepi pantai teluknya.

Sejujurnya, penampakan lumba-lumba disini tidak sebanyak yang kami temui kala wisata ke Pantai Lovina Bali. Setelah hampir 20 menit berputar-putar, setidaknya hanya 2x kami melihat lumba-lumbanya, itupun dari jarak yang cukup jauh dan cuma sekali sempat muncul dekat dengan kapal kami. Lumayanlah bisa tertangkap video sesaat meskipun saya tidak sempat melihatnya secara puas, hanya dari kejauhan saja. Berhubung cuaca semakin tidak bersahabat, langit mulai lebih gelap disertai angin dan hujan yang mulai turun, maka kamipun memutuskan untuk kembali ke teluk, meskipun nampak dari kejauhan kapal-kapal lain justru semakin agresif mencari lumba-lumbanya semakin jauh ke arah lautan luasnya. Satu hal yang bisa menghibur saya adalah, masih ada aktivitas lain yang bisa saya lakukan disaat yang lainnya masih mengejar lumba-lumba, yaitu saya bisa menjadi peserta snorkeling pertama di Teluk Kiluan. Ok pak, kita balik aja dan lanjut snorkeling ! Pak supir kapalnya sempat bertahan dengan keinginannya untuk masih mencari lumba-lumbanya sembari bersiul-siul memanggil lumba-lumbanya. Kapal kami masih sempat beberapa menit berputar-putar lagi, padahal kami sudah meminta untuk kembali. Rupanya dia belum puas jika tidak bisa menunjukkan lumba-lumbanya kepada kami. Namun setelah cukup putus asa, bolak-balik tidak muncul lagi lumba-lumbanya, akhirnya kapal kamipun berputar arah dan kembali menuju tepi pantai Teluk Kiluan. Bye-bye Dolphin ! Welcome Snorkeling, horeeeeee !

– Lampung, Mei 2015 –

– I Love The Blue of Indonesia –

– Visit Indonesia –

Artikel Terkait :

1. Mau ke Teluk Kiluan Lampung? Yuk Simak Ulasan Situasi & Kondisi di sekitarnya

2. Rasakan Nuansa Berenang di Kolam Renang Alami : Laguna Gayau Teluk Kiluan Lampung

3. Bisa Camping di Pulau Kiluan (Pulau Kelapa) Lampung, Seru Kali Ya !