JEJAKLANGKAHKU – Ada yang terasa berbeda pada kunjungan kami kali ini ke Bromo, hmmm…apa ya? ada sesuatu yang seakan-akan menghalangi tatapan mataku ke puncak indahmu Bromo. Owh…tali-tali kuning hitam itu toh, sepanjang itukah dia tergelar ? bagaikan pagar pembatas berpuluh-puluh kilometer panjangnya, yang seolah berkata, “stop stop stop, jangan dekati aku, karena aku sedang batuk meradang ! Begitulah sekilas suasana di sekitar Gunung Bromo akhir bulan Juli 2016 lalu, tatkala Bromo sempat dinyatakan waspada dan hanya bisa dikunjungi dalam jarak terdekat 1 km.
Tapi apakah semuanya ini kemudian mematahkan semangat kami untuk mendekatimu? tentu saja tidaaaaakkkk. Meski sudah diwarning beberapa hari sebelum keberangkatan kami ke Malang bahwa bandar udara Abdul Rachman Saleh telah sempat ditutup selama beberapa hari karena debu vulkanikmu, tapi berkat semangat dan hasrat yang begitu menggelora, bisa membuat kami sampai dengan selamat dan bangga, menjejakkan langkah di sekitar pelataranmu yang indah.
Nah begitulah kira-kira rasanya kunjungan kali ke-3 ke Bromo ini gaes. Kalo biasanya sih santai-santai aja, semuanya berjalan lancar-lancar aja, tapi kali ini kunjungan kami kebetulan bertepatan dengan erupsi Bromo yang memang sudah sempat di nyatakan waspada dan hanya bisa didekati dalam jarak terdekat 1 km dari kawahnya. Dalam perjalanan pendakian menggunakan jeep pun, kami sempat melewati pos penjagaan Bromo dan sudah dengan jelas terpampang spanduk yang menyatakan kondisi waspada Bromo ini. Tapi ya itu, amazingnya…pagi-pagi buta seperti saat itu, teteup aja yang antri baik menggunakan jeep maupun sepeda motor, ramainya minta ampun. Suasana yang tidak terbayangkan sama sekali, ternyata begitulah adanya. Ya, mereka para fans yang haus akan keindahan Bromo, tak patah semangat untuk menyaksikan keindahan mentari pagi, baik dari puncak penanjakan 1, penanjakan 2, hingga turun ke padang pasir dan menyusuri kawah Bromo dalam jarak yang sangat dekat.
Segala sesuatunya tampak biasa-biasa aja, suasana di penanjakan 1 pun tidak ada yang berubah. Semuanya asyik menyeruput kopi, susu, teh, pisang goreng bahkan sarapan indomie telur di warung-warung yang berjejeran di area penanjakan 1. Hingga tiba saatnya mentari akan muncul, maka kamipun semuanya bergegas menuju area spot penanjakan 1 dan mencari posisi yang paling strategis untuk mengabadikan moment mentari pagi di atas Bromo.
Hmmm…takjub, manusia dalam jumlah sebanyak ini, baik pengunjung domestik maupun asing, semuanya tumpah ruah di penanjakan 1 dan mendadak area ini terasa sesak oleh ratusan manusia, tanpa peduli dengan semburan erupsimu. Okey, sayapun mengalah, mencari tempat duduk di atas bebatuan rapi, dan membiarkan yang lainnya mengabadikan moment indah ini. Kubiarkan pula beberapa turis asing untuk tampil maju dan mendekat ke arah Bromo…memberikan kesempatan kepada mereka agar dapat bercerita betapa indahnya panorama alam Indonesia kepada handai taulan di negrinya masing-masing.
Dan tau gak sodara-sodara, sensasi berbeda yang bisa kamu dapatkan dalam suasana seperti ini adalah, keheningan dan gelapnya suasana jelang sunrise yang sesekali diiringi suara gemuruh erupsi Bromo, bisa membuatmu merinding dan takjub akan kedahsyatan alam semesta ini. Ok, kita lalui penanjakan 1 dan kemudian lanjut ke padang pasir berbisik, menembus batas pagar pemisahmu Bromo, hingga bisa merasakan getaran gemuruhmu dan kepulan asap erupsimu nan eksotik.
– Bromo Mountain – Malang – Juli 2016 –
– My Trip My Happiness –