JEJAKLANGKAHKU – Kebayang dong rasanya berada di satu Desa terpencil pada ketinggian 700 meter di atas permukaan laut, sembari menikmati segarnya sebotol Kunyit Asem produksi masyarakat setempat, ditambah hembusan udara pegunungan nan sejuk, wuiiihh segernya tuh berasa sampe ubun-ubun. Yup, Desa Penglipuran Bangli Bali, bisa menjadi alternatif jalan-jalanmu sembari menyaksikan dan merasakan ketentraman serta kerukunan masyarakat Bali di sebuah Desa Wisata, Desa Adat : Penglipuran.
Desa ini tepatnya berlokasi di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali dengan luas sekitar 112 ha dan berjarak tempuh kurang lebih 45 km dari kota Denpasar. Kenapa kemudian Desa ini menjadi penting dan mendapat perhatian yang sangat besar bagi wisatawan, khususnya wisatawan dari Eropa yang katanya paling banyak dan paling suka berkunjung ke Desa ini ? Ya, karena kemampuan masyarakatnya yang bisa mempertahankan kehidupan adat budaya para leluhurnya serta memelihara sekitar 75 hektar hutan bambu dan vegetasi lainnya yang menjadi ciri khas Desa ini maupun tata kota serta keunikan bangunan tradisionalnya, membuat Desa ini dianugerahi penghargaan Kalpataru pada tahun 1995 dan kemudian ditetapkan sebagai Desa Wisata Bali.
Menyusuri jalanan di sepanjang Desa Penglipuran ini bagaikan berjalan tanpa hambatan, karena tidak satupun kendaraan bermotor yang diperbolehkan masuk di kawasan Desa ini (kecuali pada kondisi tertentu yang sudah disepakati warga setempat). Selintas rasanya seperti tidak sedang berada dalam satu perkampungan atau desa, karena yang nampak memang serba teratur, bersih, rapi, tertata dengan baik, rumah-rumahnya pun ibarat dibuat copy paste, sangat mirip antara satu rumah dengan rumah lainnya. Pintu gerbangnya nampak seragam, berhadap-hadapan antara rumah satu dengan lainnya yang dikenal dengan sebutan Angkul-Angkul. Dan menariknya lagi, kitapun bisa tahu dengan pasti berapa jumlah penghuni yang ada di setiap rumah tradisional ini, karena di setiap pintu gerbang rumahnya tertempel papan kecil yang berisi informasi jumlah penghuninya, wew. Jadi ketahuan gitu deh gaes, siapa nama kepala keluarganya, ada berapa jumlah penghuni laki-laki, jumlah penghuni perempuan serta total jumlah penghuninya, unik ya !
Nah sembari jalan-jalan disini, kitapun bisa menikmati kuliner ataupun berbelanja souvenir yang banyak dijual masyarakat setempat. Bisa nampak dari adanya warung-warung kecil di hampir setiap rumah penduduk Desa Penglipuran ini, mulai dari jajanan aneka minuman botol dingin, aneka minuman tradisional produksi masyarakat setempat, camilan-camilan, makanan ringan, baju kaos, aneka pernak pernik souvenir khas Bali, hingga durian sodara-sodara, wow banyak durian disini, entah darimana datangnya durian-durian ini, yang jelas sukses bikin gue ngiler hehehe. Jadi, bisa kuliner sembari bersantai dan menikmati suasana sejuk pegunungan sekitarnya.
Oiya, tidak jauh dari Desa ini, terdapat sebuah hutan bambu yang juga bisa menjadi tempatmu berkunjung, letaknya di sisi bagian atas Desa ini. Setelah melewati sebuah Pura besar yang ada di ujung atas Desa ini, berjalanlah sekitar 100 meter, maka kita akan masuk dalam kawasan hutan bambu yang sangat rindang dan teduh karena semuanya tertutup oleh pohon-pohon bambu. Udaranya langsung berubah bertambah sejuk ditambah suara-suara burung dan aneka satwa yang hidup didalamnya, membuat semakin terasa nuansa hutannya. Pemandangannya sangat indah ya gaes, jadi jangan lewatkan kesempatanmu untuk berfoto di tempat ini.
Begitulah sekilas tentang Desa Penglipuran Bali, semoga wisata budaya ini bisa semakin menumbuhkan kesadaran kita masing-masing akan pentingnya memelihara kerukunan dan ketentraman antar sesama serta senantiasa menjaga keasrian lingkungan hidup, tidak hanya di Desa-Desa kecil seperti ini tapi juga bisa membudaya dalam kehidupan keseharian masyarakat perkotaan.
– Penglipuran, Bangli Bali – Mei 2016 –
– My Trip My Happiness –