JEJAKLANGKAHKU – Ini mungkin yang membuat sungai kecil di kota kecil Mui Ne Vietnam menjadi sangat menarik dan unik karena pengalaman trekking menyusuri sungai yang biasanya dipenuhi bebatuan kecil maupun besar dengan kondisi licin, tidak pernah akan kamu temui di Fairy Stream ini, namun sebaliknya, perjalananmu akan lebih berasa seolah-olah sedang berjalan di atas hamparan karpet merah, karena warna pasir di dasar sungai ini memang cenderung kemerahan dan akan terasa sangat lembut menyentuh telapak kaki telanjangmu.
Obyek wisata di kota Mui Ne yang terletak di bagian selatan Vietnam ini merupakan salah satu tempat wisata yang konon kabarnya belum banyak diketahui turis pada umumnya, karena sebenarnya di kota ini tempat yang paling terkenal adalah hamparan gurun pasirnya yang dikenal dengan nama Red Sand Dunes (gurun pasir berwarna kemerahan) dan White Sand Dunes (gurun pasir berwarna putih). Selain itu pula terdapat beberapa spot wisata pantai dan pulau yang juga bisa kamu nikmati saat musim-musim tertentu dimana kondisi pantai dan ombaknya relatif tenang. Namun, jika kunjunganmu ke kota kecil ini lumayan lama atau masih banyak waktu luang untuk menjelajah setiap sudut kotanya, maka sungai kecil yang terkenal dengan sebutan Fairy Stream ini, bagi saya, recommended banget untuk kamu datangi.
Terdapat beberapa cara untuk dapat sampai ke spot Fairy Stream ini saat sudah berada di kota Mui Ne. Pertama, kamu bisa ikutan city tour yang banyak ditawarkan agen-agen tour di kota ini, ataupun kamu bisa pergi sendiri langsung ke sana menggunakan transportasi umum yang ada di kota ini, yaitu bus, taksi atau juga bisa sewa motor. Semua ada plus minusnya ya gaes, kalo ikutan join city tour, harganya bisa lebih murah karena tidak hanya mengunjungi tempat ini saja, tapi sudah berupa satu paket juga ke tempat-tempat wisata lainnya, kelemahannya adalah lama kunjunganmu yang sudah pasti dibatasi dan kamu akan tidak bebas berlama-lama menikmatinya, akan ada guide yang memimpin rombongan tourmu dan menuntunmu trekking di sepanjang sungai. Keuntungannya, ya itu tadi, jika kamu seorang diri seperti saya saat itu, pasti gak akan bingung dan panik bakal tersesat jalannya, karena kalian perginya rame-rame dengan bimbingan guide.
Namun berhubung kunjungan saya adalah seorang diri saja alias solo traveler, maka semuanya dilakukan sendiri ya bro sis, termasuk deg-deg’an dan paniknya bakal tersesat apa gak nih…hehehe. Tapi tenang, ternyata gampang koq, karena meski lokasinya tidak terlampau terkenal, hanya berupa sebuah papan kecil bertuliskan Fairly Stream yang terpajang di pinggir jalan raya (tepatnya di jalan Huynh Thuc Khang Street), namun cukup mudah dicapai karena nyaris semua taksi di kota ini tau tempatnya. Karena saya sudah sangat fasih dan PD naik taksi sejak pertama kali tiba di Vietnam, maka pilihanku pun jatuh pada taksi kecil berwarna hijau yang banyak lalu lalang disepanjang jalan. Total biaya argonya dari hotel tempat saya menginap kalo dikurskan ke rupiah, hanya sekitar Rp 18 ribu (murah kan?) dibanding harus naik bus umum yang nunggunya lewat di depan hotel tuh, bisa berjam-jam lamanya wkwkkw, karena memang jarang bus umum yang lewat (ada sih, tapi dikit banget dan lama nunggunya).
Nah peraturan pertama saat akan mulai trekking di sungai kecil ini adalah, melepas semua alas kaki alias jalannya telanjang kaki ya gaes, gak bole pake sepatu atau sandal. Kenapa demikian ? karena kamu akan berjalan di atas aliran sungai yang dasarnya adalah hamparan pasir nan halus. Jangan takut bakal basah karena air sungainya tuh dangkal banget, rata-rata hanya setumit aja dalamnya dan paling dalam sebetis deh, sisanya adalah pasir semua. Jadi akan lebih mudah berjalan dengan kaki telanjang dibanding pakai alas kaki yang sudah pasti bakal tenggelam ke dalam pasirnya dan susah melangkahnya. Jika kamu males menenteng sepatu atau sendalmu, maka bisa dititipkan disebuah rumah kecil saat akan turun ke sungainya (bayar ongkos nitip sekitar Rp 5 ribu), atau mending siapkan kantong kresek dan masukkan ke tas ranselmu (biar tenang, manatau sepatunya ilang hahaha, tapi aman koq tempat nitipnya meski gak pake nomor, turis-turisnya jujur semua, ngambil sendal dan sepatu masing-masing).
Yang bikin gue deg-deg’an adalah karena gue trekkingnya sendirian, ya mana taulah kondisi alamnya. Apalagi menurut info hotel tempat saya menginap, dibutuhkan fisik yang lumayan fit karena panjang sungainya hingga mentok di sisi paling ujungnya yang ternyata adalah sebuah air terjun kecil, jaraknya berkisar 2 kilometer, what ??? jauh amat ya, trus sepanjang jalan menuju ke air terjun itu ada apa saja? rame gak? cuma gue sendirian? ada hutannya gak? ada makhluk-makhluk apa saja disepanjang jalan? mboh ! Ini dia yang bikin gue deg-deg’an sih, tapi mau gimana lagi, kalo dicampur rasa penasaran, ya buyar semua rasa takutnya dan akhirnya gue memutuskan, ok ! gue trekking sendirian, Dora aja bisa pake peta, apalagi gue ! wkwkwkw.
Nah sebenarnya kondisi sungainya jika dilihat sekilas ya biasa ajah, sungai kecil dengan lebar sungai sekitar 2 s.d 5 meter dan nyaris tidak ada aliran arus airnya, tapi ya itu tadi, keunikannya terletak di dasar sungainya yang berupa hamparan pasir yang tidak hanya bertekstur sangat halus bagaikan tepung terigu tapi juga warnanya yang kemerah-merahan bikin tambah unik. Jangan takut bakal tertusuk benda tajam saat trekking tanpa alas kaki, karena memang sungai ini sangat bersih bro sis, salut deh gue, hampir gak pernah nemu sampah di sepanjang sungainya. Mungkin karena yang berkunjung ke sini udah pada sadar kebersihan atau memang pariwisatanya sangat dirawat dengan baik sehingga bisa tampil bersih gini. Keunikan lainnya adalah adanya bukit-bukit pasir yang bisa ditemui ditepian sungainya. Jadi setelah jalan beberapa ratus meter, akan ada spot yang sepanjang sungai tuh berupa bukit-bukit pasir berwarn kemerahan juga, dan kamu bisa memanjatnya gaes, naik deh sampe di puncaknya yang konon kabarnya bisa memberikan pemandangan sangat indah dari atas. Tetep hati-hati ya gaes, takutnya malah longsor. Oiya, bentuk bukit-bukit pasir ini pun katanya bisa berubah-ubah setiap saat, mungkin karena faktor hujan atau aliran sumber air lainnya, sehingga katanya, di setiap kunjunganmu ke sini, pasti tampilan bentuk bukit pasirnya bisa berubah, hmmmm… jadi pengen bolak balik dah !
Keunikan berikutnya yang bisa dijumpai saat trekking disini adalah hamparan bebatuan yang berupa bukit-bukit kecil dengan bentuk dan tampilan yang beraneka ragam. Menurut gue sih, mirip dengan bentuk bebatuan jika sedang berada di dalam gua, kaya stalagnit dan stalagmit gitu deh gaes, hanya saja tidak bergelantungan batu-batunya, tapi lebih mirip dinding-dinding bukit batu di sepanjang aliran sungai, keren dah ! Nah semakin jauh trekking ke dalam sungainya, maka kondisinya makin sepi ya bo! Kalo tadi pas masuknya rame bersamaan dengan turis-turis lain, tapi karena gue jalannya tuh santai banget, maklum banyak foto-fotonya, jadinya gue ketinggalan, dan sampai di satu titik dimana sisi kiri dan kananmu adalah hutan kecil, dhuarrrr ! Yang ada hanya bunyi aliran air sungai, bunyi jangkrik, dan bunyi-bunyi’an binatang lainnya yang gak jelas binatang apa ! So, gak perlu lama-lama di spot ini ya, kita lari kecil aja, lha gak ada orang lain, gue sendiri doang, gimana kalo tiba-tiba muncul ular atau harimau dari balik pohon-pohon itu? hahahha, parno dah !
Akhirnya setelah melewati spot hutan-hutan kecil ini, mulai tampak titik terang bukit batunya lagi, lega deh, dan sudah mulai nampak banyak turis lainnya. Dan ternyata disini banyak cafe dan resto kecil di tepian sungainya, malah bahkan ada gelaran meja-meja kecil tepat di tengah sungainya yang ternyata adalah penjual makanan ringan dan minuman dingin, dan juga ada minuman santan khas Vietnam, boleh dicoba nih bro sis ! Jadi kalo belinya di cafe-cafe ini kamu bisa menikmatinya sembari duduk-duduk di kursi dan meja cafe yang mereka letakkan di atas aliran air sungainya, waaaa keren banget, barusan kali ini liat desain cafe alami di atas sungai begini, trus ada juga ayunan yang bisa buat kamu bersantai sejenak (bule-bule tuh pada mampir semua disini, seneng kali dengan desainnya yang unik).
Ok, sepertinya sudah cukup jauh nih gue jalannya, tapi koq gak nyampe-nyampe ya? udah nanya beberapa kali ke penduduk sekitar maupun turis yang berpapasan lewat dan selalu dijawab : “oh, sudah dekat koq” tapi ya itu, beneran udah ada 2 km kali gue jalan, tapi belum juga nemu air terjunnya. Tapi ternyata dari lokasi cafe-cafe ini hanya perlu berjalan sedikit lagi dan kamu akan mendengar deru air berjatuhan yang pada akhirnya bertemu dengan sebuah air terjun kecil, tingginya hanya sekitar 4 meter kali ya, jadi sebenarnya ujung sungai ini yang adalah air terjun bisa dibilang biasa aja, bagusan air terjun di Indonesia, waaaa jauh lah sama di negri sendiri, tapi karena rasa penasaran tadi, ya lumayankan bisa trekking sejauh 2 km dan total menjadi 4 km bolak balik, bakar lemak, olahraga biar sehat dan langsing ! Selanjutnya, kita balik kanan dan kembali menyusuri jalan aliran sungai yang sama untuk kembali ke jalan raya dan pulang ke hotel dengan taksi lagi. Selamat berpetualang !
– Mui Ne, Vietnam – Desember 2016 –
– My Trip My Happiness –
keren sis…
iya bro…recommended dikunjungi klo pas ke Vietnam…
keren, semoga bisa kesana
Terima kasih informasinya
Unik banget alam Vietnam